• Gapura Memasuki Wilayah Kabupaten Magetan dari Arah Madiun


    23 Maret 2016
  • Gerbang Masuk Kota Magetan dari arah timur


    15 Pebruari 2014
  • GOR Ki Magetan Senta Even dan aktifitas masyarakat


    August 19, 2013
  • Alun-alun Kota Magetan nan Indah.


    12 Pebruari 2012
  • Pendapa Surya Graha sebagai pusat Pemerintahan


    3 Januari 2013
  • Masjid Agung Baitussalam, Simbol Keimanan


    21 Juni 2013

Infor Terbaru

Senin, 17 April 2017

Larung Sesaji Sarangan


Ritual larung sesaji telaga sarangan di Magetan, Jawa Timur sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu bahkan diperkirakan sudah sejak 508 tahun sebelum masehi. Ini adalah upacara syukur kepada Yang Maha Kuasa dari masyarakat yang tinggal di sekitar telaga sarangan.
Telaga Sarangan merupakan objek wisata berupa telaga yang dikelilingi oleh pasar wisata sarangan. Telaga sarangan terletak dilereng gunung lawu. Tepatnya di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Selain kondisi suhu udara yang dingin dan nyaman, Telaga Sarangan juga merupakan peninggalan alam yang masih sakral hingga saat ini.
Ritual labuhan atau ritual larung sesaji telaga sarangan ini dilaksanakan setiap bulan syakban tepatnya hari jum’at pon sampai minggu kliwon. Untuk upacara sakral atau slamatan dari warga sarangan itu sendiri dilakukan pada hari jum’at pon. Untuk sabtu sampai minggu kliwon ritual ini diadakan oleh Pemda magetan yang disaksikan oleh seluruh warga.

Perlengkapan labuhan ini dibedakan menjadi 2 bagian, yang pertama untuk warga sarangan itu sendiri yang dilakuakan pada hari jum’at pon sedangkan hari sabtu sampai minggu kliwon dilakukan oleh pemda sarangan.
Untuk perlengkapan pada hari jum’at pon berbeda dengan hari sabtu sampai minggu kliwon.
Untuk hari jum’at pon itu sendiri perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
– Tumpeng asli
– Ayam panggang
– Pisang setangkap (pisang ini harus tergolong pisang raja dan ambon)
– Budak ripeh (budak ripeh ini adalah sejenis jadah putih, kuning)
Jadah ripeh ini bermula dari kusumaning Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub
– Jajan pasar
– Jenang moncowarno (jenang 5 warna)
Sedangkan pada hari sabtu sampai minggu kliwon perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
 Tumpeng Gonobahu setinggi 2 meter. Dalam tumpeng tersebut terdapat ayam tulak (ayam hitam yang bulu sayapnya terdapat 1 warna putih).
– Uluwatu bumi (Buah-buahan, sayur mayur, palawija).

Prosesi  Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan

Prosesi Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan diawali dengan kirab Tumpeng Gono Bahu dari Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir Telaga Sarangan. Pemberangkatan dimulai dari Balai Kelurahan Sarangan jam 10 pagi menuju telaga sarangan, kurang lebih 500 meter dari Telaga Sarangan.
Dalam perjalanan dari Balai Kelurahan Sarangan, peserta yang membawa sesaji dilakukan dengan berjalan kaki kecuali, empat pasukan berkuda dengan naik kuda. Semua sesaji dibawa dengan berjalan kaki, orang jawa menyebutnya dengan kata “Dipikul”.
Masing-masing sesaji dipikul oleh kurang lebih 4 orang, sebab ukuran dari sesaji yang lumayan besar dan berat. Iring-iringan kirab diawali dengan pasukan berkuda 4 sampai 8 orang (arak-arakan), cucuk lampah 1 orang, sesepuh adat, kepala kelurahan beserta ibu, barisan domas dari seluruh SMA magetan 50 perserta (pria wanita), prajurit (warga setempat), kejawen 40 orang (pria), bonang renteng (musik gamelan).
Upacara Labuh Sesaji dipusatkan di punden desa tepatnya sebelah timur telaga, di tempat inilah para pejabat Kabupaten, Muspika, para perangkat desa, sesepuh, dan tokoh masyarakat serta para warga masyarakat berkumpul untuk mengadakan sesaji.
Setelah semua sesaji diterima oleh sesepuh desa, maka sesepuh desa membakar menyan serta membaca doa. Setelah pembacaan doa selesai sesaji dibawa ke telaga untuk dilarungkan kecuali, sesaji yang berisi nasi tumpeng yang berukuran kecil, panggang, cok bakal, dan setakir bunga telon ditinggal di bawah pohon beringin yang ada di punden desa.
Pelarungan dilakukan setelah Sesaji Agung Labuh Tumpeng Gono Bahu dikumpulkan menjadi satu di punden dan dibacakan doa oleh sesepuh Desa Sarangan. Semua sesaji diangkat kedalam perahu oleh warga. Kemudian dibawa mengelilingi telaga serangan dengan menggunakan perahu. Barulah semua sesaji dilarungkan kedalam telaga oleh para pejabat serta masyarakat setempat dengan menggunakan 50 perahu menuju tengah-tengah telaga.
Dengan dilarungkannya sesaji tersebut warga sarangan dan semua warga magetan berharap dapat dijauhkan dari segala musibah dan balak, serta kehidupan masyarakat akan lebih baik.

Jumat, 09 Desember 2016

Program Pembinaan LINGKUNGAN Sosial,Dinsos Kabupaten Magetan


Dalam rangka menciptakan  Kesejahteraan Masyarakat ,Dinas social Kabupaten Magetan melakukan pembinaan Lingkungan Sosial. Kegiatan yang di lakukan di gedung Mahkota Jl. Yos sudarso No.06 tanggal 2 Desember 2016 di ikuti oleh terdiri dari berbagai kalangan diseluruh kabupaten Magetan.
Program sosial yang dilakukan oleh Dinas Sosial kabupaten Magetan yang dipimpin oleh Bapak Drs. H. Parni, M.Si kepada warga masyarakat Magetan yang berjumlah 30 orang peserta adalah terdiri dari berbagai kalangan diseluruh kabupaten Magetan.
Kali ini Dinas Sosial Magetan memberikan Pembinaan dan Keterampilan Kerja , untuk meningkatkan kecakapan hidup (personil, sosial, akademik, vokasional) kepada peserta usia produktif yang putus sekolah dan berasal dari keluarga kurang beruntung, agar mereka dapat terserap dilapangan kerja dengan penghasilan yang wajar atau mandiri (wirausaha).
Adapun macam Program dan Kegiatan Dinas Sosial yang sudah terencana lainnya adalah : Program Penataan Administrasi Kependudukan , Program Pemberdayaan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan para Penyandang masalah Kessos (PMKS) lainnya , Program Peningkatan Pelayanan kepada Penduduk Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial , Program Penanganan masalah-masalah srtategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan LBK, Program Pembinan Penyandang cacat dan Exs Trauma, Program Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial .
Program Peningkatan Kualitas SDM Kesejahteraan Sosial , Program Pengembangan dan Pembinaan Sosial masyarakat ,  Program Pengembangan dan Pembinaan Sarana dan Prasarana Panti Asuhan , Program Peningkatan SDM Pemuda dan Kelembagaan Sosial ,Program Peningkatan kualitas dan kualitas sarana ibadah , Program Gerakan cinta Al Quran dan pemulihan buta aksara Alquran .
Peningkatan pelayanan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial , Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja , Program Perlindungan Pengembangan lembaga Ketenaga Kerjaan , serta program-program lainnya.
Mengembangkan kesadaran, kemampuan, tanggung-jawab, dan peran aktif masyarakat dalam menangani permasalahan sosial di lingkungannya serta memperbaiki kualitas hidup dan Kesejahteraan.Meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial melalui pengembangan alternatif-alternatif intervensi di bidang kesejhateraan sosial, peningkatan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial dan kemasyarakatan lainnya, sumbangan sosial masyarakat, dunia usaha, serta penetapan standarisasi dan legistasi pelayanan sosial. Meningkatkan fungsi koordinasi jaringan kelembagaan dalam upaya pembentukan keterpaduan pengendalian masalah-masalah social merupakan prioritas dan program Dinas Sosial Magetan.

Senin, 05 September 2016

Industri Rumah Tangga dari Bambu Magetan


Kerajinan Bambu ini juga merupakan satu dari beberapa kerajinan yang ada di kota magetan, seperti kerajinan kulit dan batik sidomuktiSentra Kerajinan Bambu ini terletak di Desa Ringin Agung, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Ketika kita melewati jalan aspal menuju desa ringin agung ini, nampak di sebelah kanan kiri jalan banyak kerajinan bambu yang sedang dijemur (misal :caping).
Produk dari kerajinan bambu ini diantaranya adalah caping. Menurut pembuat caping di desa ini, bahwa caping ini asli dari magetan, meskipun banyak terdapat di daerah lainnya, namun ada perbedaannya dengan caping dari daerah lain bila dilihat dari kawatan kuwung, jebabah, nitikan, jeperen. Caping ini dikirim di berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatra, kalimantan dan kota-kota lainnya.



Sabtu, 12 Desember 2015

Sentra Gamelan Desa Kauman.Kabupaten Magetan.


Kayu, kuningan, dan kulit sapi jika berada di tangan-tangan handal bapak-bapak warga Desa Kauman menjadi sebuah gamelan yang dapat menghasilkan suara yang indah. Gamelan ini merupakan alat musik Jawa yang biasanya digunakan untuk mengiringi pementasan wayang, ludruk, dan campursari. Jenis gamelan tersebut diantaranya adalah gong, gambang, demung, suling, bonang, saron, slenthem, kemung, rebab, gender, kendang, kenong dan lain sebagainya. Jika datang ke sentra pembuatan gamelan ini, maka dapat sekaligus mempelajari cara pembuatan gamelan. Setelah belajar membuat, juga dapat mencoba bermain gamelan. Selain untuk alat musik, gamelan juga pantas untuk dijadikan pajangan. Di sentra pembuatan gamelan ini, menjual gamelan per paket dan juga dijual per buah. Industri gamelan ini dikerjakan secara tradisional, namun hailnya sangat memuaskan dan mengagumkan. Nada-nada yang dihasilkan juga selaras. Gamelan yang dihasilkan ini dipasarkan hingga ke luar area kabupaten Magetan.
Pembuatan gamelan ini juga membutuhkan waktu yang relatif lama, tergantung jenis gamelan yang dibuat. Hasil pembuatan gamelan ini juga diexport sampai ke luar negeri Lhoo…. Bahan-bahan gamelan ini sebagian besar terbuat dari perunggu. Belajar membuat gamelan juga dapat meningkatkan kreatifitas kita, Karena kebanyakan dari pembuatannya itu tergolong sangat sulit, butuh ketelatenan dan keahlian khusus agar nada-nada dari gamelan yang dihasilkan dapat pas dan selaras. Hingga saat ini gamelan yang masih sering digunakan yaitu untuk mengiringi pagelaran wayang kulit.


Selasa, 25 Agustus 2015

Motif Batik Sidomukti Magetan


Motif Batik Sidomukti Magetan atau yang lebih terkenal batik Pring Sedapur telah menjadi salah satu batik favorit Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Batik Pring Sedapur diproduksi di kampung batik yang bernama Sidomukti. Kampung batik Sidomuktiberada di kecamatan Plaosan kabupaten Magetan. Batik unggulannya ialah batik Pring Sedapur atau batik Sidomukti Magetan. Corak dan warna yang dimiliki pada motif batik Sidomukti Magetan sangat unik sekali karena pengaruh budaya kampung sidomukti yang berbeda dan cukup modis. Motif Batik Sidomukti Magetan cenderung memiliki motif dan warna yang segar. Corak yang digunakan diantaranya adalah perpaduan ikon-ikon flora dan fauna asli Indonesia. Motif Batik Sidomukti Magetan selain memiliki motif Pring Sedapur juga memiliki motif lain, seperti Jalak Lawu.

Pemilihan pring atau bambu sebagai ikon dari motif batik Sidomukti Magetan, ada filosofinya. Pring atau bambu merupakan pohon yang memiliki banyak falsafah atau kearifan lokal. Pring selalu tumbuh bergerombol, Hal ini mengajarkan bahwa sejatinya manusia tidak bisa hidup sendiri, Oleh karena itulah kerukunan dan kebersamaan harus selalu dijaga. Dari sebilah bambu juga, terdapat nilai perjuangan, karena dulu bambu dirubah menjadi bambu runcing yang digunakan sebagai senjata untuk menghadapi penjajah. Kita menyebut Batik sidomukti magetan bukan berdasar motif batik tapi karena nama desanya yatu sidomukti,sehingga tidak bisa kita samakan dengan motif batik sidomukti Solo dan motif batik sidomukti Yogyakarta. Hal ini bisa ditunjukkan dari motif yang terbentuk maupun filosofi yang terkandung didalam motif batik tulis tersebut.





Minggu, 03 Agustus 2014

Data Lembaga Sekolah Dasar Kecamatan Kota



1


60717793


MIN 3 MAGETAN


JL. SULAWESI NO. 15 MAGETAN


Tawanganom


NEGERI
2 20555402SD IIS PSMJalan Monginsidi No. 52CandirejoSWASTA
3 20509481SD ISLAMIYAHJl. MT Haryono No 9KepolorejoSWASTA
4 20509479SD Muhammadiyah 1 MagetanJl. Mh. Thamrin 18MagetanSWASTA
5 20509541SD NEGERI BARON 1Jl. Gubernur Suryo Km 3 MagetanBARONNEGERI
6 20509540SD NEGERI BARON 2Desa BaronBARONNEGERI
7 20509743SD NEGERI BULUKERTO 2Jl. Bromo 20BulukertoNEGERI
8 20509751SD NEGERI CANDIREJO 1Jl. Raya Sarangan No. 17CANDIREJONEGERI
9 20509665SD NEGERI KEBONAGUNGJl. Kresno 40KebonagungNEGERI
10 20509639SD NEGERI KEPOLOREJO 1Jl. Bangka 13KEPOLOREJONEGERI
11 20509638SD NEGERI KEPOLOREJO 2Jl Bangka No 13KEPOLOREJONEGERI
12 20509680SD NEGERI MAGETAN 1Jl. Kemasan No. 19MAGETANNEGERI
13 20509679SD NEGERI MAGETAN 2Jl. Kartini No. 2MAGETANNEGERI
14 20509687SD NEGERI MAGETAN 3Jalan Kartini 2MAGETANNEGERI
15 20509688SD NEGERI MAGETAN 4Jl. Kartini No. 2MAGETANNEGERI
16 20509693SD NEGERI MANGKUJAYANJl. Menur 40MANGKUJAYANNEGERI
17 20509141SD NEGERI PURWOSARI 1Jl. Gubernur SuryoPURWOSARINEGERI
18 20509129SD NEGERI PURWOSARI 2Desa PurwosariPURWOSARINEGERI
19 20509121SD NEGERI RINGINAGUNG 2Desa RinginagungRINGINAGUNGNEGERI
20 20509191SD NEGERI SELOSARI 1Jl Monginsidi No 11SELOSARINEGERI
21 20509189SD NEGERI SELOSARI 3Jl. Monginsidi No. 11SelosariNEGERI
22 20509188SD NEGERI SELOSARI 4Jalan Sawo No. 15SELOSARINEGERI
23 20509404SD NEGERI SUKOWINANGUN 1Jl. Yos Sudarso No. 61 B MagetanSUKOWINANGUNNEGERI
24 20509403SD NEGERI SUKOWINANGUN 2Jl. Kunti No. 41SUKOWINANGUNNEGERI
25 20509402SD NEGERI SUKOWINANGUN 3Jl Yos Sudarso No 61 BSUKOWINANGUNNEGERI
26 20509401SD NEGERI SUKOWINANGUN 4Jl. Letjen Sutoyo No. 31SUKOWINANGUNNEGERI
27 20509394SD NEGERI TAMBAKREJOJl. Raya Tambakrejo No 02TAMBAKREJONEGERI
28 20509393SD NEGERI TAMBRAN 1Jl. Pandu 12TambranNEGERI
29 20509448SD NEGERI TAWANGANOM 1Jalan Irian 23 MagetanTawanganomNEGERI
30 20509447SD NEGERI TAWANGANOM 2Jl. Timor 47TAWANGANOMNEGERI
31 20548399SDIT AL USWAH MAGETANJalan S. ParmanKebonagungSWASTA
32 69754605SDIT Ar Rohmah MagetanJl. Hasanudin Rt.01 Rw.05 Kelurahan SelosariSelosariSWASTA
33 20509480SDK SANTA MARIAJl Jaksa Agung Suprapto No 1MAGETANSWASTA
34 20509122SDN RINGINAGUNG 1Ds. RinginagungRinginagungNEGERI
35 20509190SDN SELOSARI 2Jl. Monginsidi 11SelosariNEGERI
36 20570911TK dan SD Negeri Unggulan MagetanJl. Bupati Sudibyo No. 52 MagetanMangkujayanNEGERI

Senin, 03 Maret 2014

Seni Cokekan Magetan


Seni Cokekan seringkali dipandang sebelah mata. Selain pemainnya yang sudah tua, alat musiknya juga seadanya. Namun, seni tradisional itu hingga kini masih terus bertahan di Magetan. inilah kisah seorang pelaku seni cokekan di Magetan dengan narasi cerita
KAKI dua pria tua melangkah gontai menyusuri trotoar sebelah barat Alun-Alun Magetan. Terik matahari menjelang dzuhur membuat keduanya menyeringai serta merapatkan kelopak matanya.
Di depan keduanya, berjalan seorang perempuan paro baya dengan dandanan cukup menor ditambah balutan kebaya warna biru serta jarit abu-abu. Selendang warna merah yang menggantung di lehernya berkibaran diterpa angin.
Kedua pria itu berjalan beriringan. Yang satu menggendong kendang di bahu sebelah kanan. Tangan kirinya menenteng bumbung bambu yang panjangnya sekitar setengah meter.
Sesekali, ia membetulkan letak topi warna hitam kesayangannya. Baju warna kuning yang dikenakan tampak mencolok siang itu. Di sampingnya, tampak pria yang tubuhnya lebih kecil dan ringkih.
Mengenakan baju warna abu-abu dan topi pramuka, ia menjinjing siter di tangan kanannya. Langkah keduanya mengikuti “sang putri” yang berjalan di depan.
Tak lama berselang, ketiganya berhenti di warung depan kantor DPRD Magetan. Wanita yang mengenakan kebaya itu duduk bersimpuh di atas kursi pendek yang lantas diikuti kedua pria. Mereka adalah pemain musik cokekan yang keliling dari desa ke desa.
Usai mengucapkan salam, kendang yang ditenteng Bagyo langsung ditabuh. Dentum bunyi kendang langsung diiringi nada yang keluar dari petikan jari Midin, pemain siter.
Tanpa dikomando, pada saat nada kendang dan siter berpadu pada nada tertentu, lantunan tembang Pepeling keluar dari bibir Sarmi. “Wis wancine, padha dielingke… (sudah waktunya untuk diingatkan)”.
Begitulah ketiganya memulai aksinya bermain musik cokekan. Pada nada-nada tertentu, Bagyo yang menabuh kendang mendekatkan mulutnya pada bumbung bambu disandarkan pada kakinya lantas meniupnya keras, bummm…layaknya suara gong.
Usai menyanyikan tembang Pepeling, Sarmi, 75, warga Desa-Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, yang kedapuk sebagai vokalis, terdiam sejenak. Ia lantas menawari beberapa warga yang duduk di warung dengan pilihan beberapa tembang. “Minta lagu apa Mas,” katanya centil.
Sarmi, yang sekaligus sebagai pembawa acara itu dengan sikap genit meminta warga yang duduk di dipan warung ini meminta lagu. Wajah keriputnya ditutupi bedak cukup tebal. Tapi, gurat kecantikannya masih begitu jelas kentara. Ia juga centil. “Mangga tho mas…” rayunya.
Usai melantunkan langgam jawa, Sri Huning, Sarmi mengaku telah keliling tiga kelurahan. Yakni, Tawanganom, Selosari dan Mangkujayan. Hanya saja, dari ketiga kelurahan itu mereka baru mendapatkan uang kurang lebih Rp 25 ribu. Padahal, uang tersebut nantinya dibagi bertiga.
Dari pengakuannya, ia menggeluti seni Cokekan sejak 10 tahun lalu. Sebelumnya, di Ngawi, ia gabung dengan kelompok seni kerawaitan. Lantaran usianya yang terus bertambah, ia jarang diajak saat kelompok tersebut pentas.
Akhirnya, ia bergabung dengan Bagyo dan Midin yang sudah terjun lebih lama di dunia cokekan. Biasanya, pukul 05.00, Sarmi berangkat dari Ngawi. “Terus pukul tujuh bersama rombongan mulai muter,” katanya.
Pernyataan serupa dilontarkan Midin, 70, warga Desa Tinap Kecamatan Sukomoro. Menurut dia, di rumahnya ada sekitar tujuh kelompok musik Cokekan. Mereka semua memiliki kelompok yang rata-rata terdiri tiga orang. Yakni, penyanyi, kendang dan siter. “Sudah sejak kecil saya keliling seperti ini,” kata kakek empat cucu itu dengan bangga.
Mereka bertiga mengaku membentuk kelompok sejak tahun 1998 lalu. Midin sendiri, mulai membeli siter bekas dan memperbaikinya sejak tahun 1988. Sebaliknya, Bagyo yang bertugas menabuh kendang mengaku membeli kendang pada tahun 1968 saat orang tuanya masih hidup. Kendang tua tersebut dulunya dibeli seharga Rp 25. “Biar jelek, tapi telah menjadi sumber urip (mata pencaharian) keluarga,” ujarnya.
Saat sepi seperti hari itu, Bagyo mengaku hanya mendapat bagian sekitar Rp 10 ribu. Namun, jika ramai, bisa mendapat bagian hingga Rp 50 ribu. “Tidak semua uang hasil tanggapan dibagi. Sebagian dipotong untuk makan dan uang jalan,” tambahnya.
Meski begitu, ketiganya mengaku senang bermain Cokekan. Selain menjadi mata pencaharian, ketiganya mengaku senang bisa bermain musik. “Hobi kami ini gamelan, jadi seneng sekali main meski bayarannya hanya seribu atau dua ribu,” kata Midin sambil tertawa.